Kamis, 15 Maret 2012

Makalah Evaluasi Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Dalam konteks asesmen, perbedaan cara pandang terhadap konsep belajar dan pembelajaran mempengaruhi bagaimana asesmen dirancang. Perkembangan ilmu di bidang Psikologi Pendidikan berdampak pula terhadap cara pandang guru/dosen tentang desain pembelajaran, praktik pembelajaran dan tentu saja asesmen pembelajaran. Misalnya tren pergeseran paradigma belajar mengajar berdasarkan pendekatan behavoristik ke konstruktivistik.
Teori konstruktivistik memiliki pandangan yang berbeda dengan teori behavioristiktentang belajar dan pembelajaran. Teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti, dan tetap-tidak berubah. Pengetahuan berupafakta-fakta, konsep konsep, dan kaidah-kaidah siap ditransfer dari guru/dosen kepada siswa/mahasiswa. Behavioristik memandang bahwa belajar merupakan proses pengubahan perilaku dan mengajar adalah proses menanamkan pengetahuan dan keterampilan kepada pebelajar. Esensi dari teori behavioristik adalah ide bahwa siswa/mahasiswa dikondisikan untuk menerima curahan pengetahuan. Ukuran keberhasilan belajar dan pembelajaran terletak pada seberapa banyak materi pembelajaran telah diserap dan disimpan oleh pebelajar. Landasan berpikir behavioristik berfokus pada hasil pembelajaran. Cara pandang dalam hal belajar dan pembelajaran seperti ini berdampak pula pada model asesmen. Asesmen yang menggunakan landasan behavioristik menekankan pada respon pasif, keterampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Asesmen cenderung menuntut satu jawaban yang benar serta jawaban yang mengindikasikan bahwa siswa/mahasiswa telah menyelesaikan tugas belajar yang telah ditetapkan batas-batasnya. Karena pengetahuan bersifat tetap, penilaian lebih berorientasi pada pemerolehan hasil pengetahuan, dan yang dinilai adalah kemampuan siswa/mahasiswa dalam menyerap pengetahuan tersebut, maka siswa/mahasiswa tidak dilibatkan dalam keputusan pemberian nilai.
Sedangkan menurut pandangan konstruktivis, proses memperoleh pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak hasil yang diperoleh siswa dalam mengingat pengetahuan. Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman, dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut Piaget seperti dikutip oleh Elliott (2000:33), manusia memiliki struktur kognitif dalam otaknya, berupa skemata (scheme) yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam skemata yang berbeda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan skemata dalam otak manusia tersebut. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi atau akomodasi. Melalui asimilasi struktur pengetahuan baru dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Melalui akomodasi struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman baru. Asesmen berdasarkan cara pandang konstruktivisme menekankan keterampilan proses. Asesmen merupakan bagian utuh dari belajar, dengan cara memberikan tugas-tugas yang menuntut kegiatan belajar yang bermakna serta menerapkan apa yang dipelajari dalam konteks nyata. Karena pengetahuan dibangun oleh siswa melalui proses pemberian makna secara unik dan spesifik, bukan diterima begitu saja secara instan. Disamping itu asesmen dalam konteks ini dilakukan dengan menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran.
Pada tataran empirik, penelitian Depdiknas (2006) menemukan bahwa lemahnya keterampilan siswa dalam berpikir (bahkan hanya terampil dalam menghafal) tidak terlepas dari kebiasaan guru dalam melakukan evaluasi akhir yang hanya mengukur tingkat kemampuan yang rendah saja melalui tes tertulis (paper and pencil test). Siswa dengan potensi kemampuan berpikir tingkat tinggi tidak diberikan kesempatan untuk berkembang. Kebiasaan guru (juga dosen ?) yang melakukan asesmen hanya untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir rendah patut dipertanyakan. Mengingat landasan yuridis formal asesmen sebagai pijakan praktik pembelajaran di sekolah telah ditetapkan oleh pemerintah melalui PP No.19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan. Pasal 64 ayat 1 menyatakan bahwa penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan.
Mengingat begitu pentingnya penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalammengases proses dan hasil belajar, selayaknya para guru di sekolah dan dosen di perguruan tinggi memadukan berbagai pendekatan (behavirisme dan konstruktivisme) dalam melaksanakan asesmen proses dan hasil pembelajarannya. Sekedar pengatahuan awal. berikut ini secara berurutan akan dipaparkan hakikat asesmen proses dan hasil belajar, tujuan, prinsip-prinsip asesmen proses dan hasil belajar; sasaran ranah kompetensi belajar; teknik-teknik asesmen, prosedur asesmen proses dan hasil belajar dan implikasinya dalam pembelajaran.

B. Tujuan
memahami berbagai istilah yang terkait dengan asesmen, tujuan, manfaat, fungsi, prinsip-prinsip, rambu-rambu pelaksanaan, dan ranah asesmen

Setelah mempelajari materi ini, peserta Pendidikan dan Pelatihan mampu:

1. Menjelaskan pengertian penilaian, manfaat penilaian, fungsi penilaian dan rambu-rambu penilaian.
2. Memilih teknik dan alat penilaian yang sesuai.

3. Mengembangkan indikator pencapaian hasil belajar.

4. Menganalisis, menginterpretasi, dan menentukan nilai pada setiap proses dan hasil pembelajaran.
5. Memanfaatkan hasil penilaian, menyusun laporan penilaian, dan menentukan kenaikan tingkat

BAB II

PEMBAHASAN


A. Pengertian Asesmen

Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran. Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Data yang diperoleh guru selama pembelajaran berlangsung dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi atau indikator yang akan dinilai. Dari proses ini, diperoleh potret/profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masing-masing.
Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah- langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai teknik/cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portfolio), dan penilaian diri.
Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar seorang peserta didik dalam periode waktu tertentu dibandingkan dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya dan tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu untuk mencapai kompetensi atau indikator yang diharapkan.

B. Manfaat Penilaian Kelas

Manfaat penilaian kelas antara lain adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat pencapai kompetensi selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung.
2. Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
3. Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial.
4. Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan,
a. kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.
5. Untuk memberikan pilihan alternatif penilaian kepada guru.
6. Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan.

C. Fungsi Penilaian Kelas

Penilaian kelas memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Menggambarkan sejauhmana seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.
2. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah
3. berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan).
4. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu guru menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau pengayaan.
5. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
6. Sebagai kontrol bagi guru dan sekolah tentang kemajuan perkembangan peserta didik.


D. Prinsip-prinsip Penilaian Kelas

1. Menyeluruh

Penilaian dilakukan secara menyeluruh, mencakup seluruh domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar. Penilaian harus menggunakan beragam cara dan alat sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai.
2. Berkesinambungan

Penilaian dilakukan secara terencana, bertahap, dan terus menerus untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
3. Obyektif

Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu, penilaian harus adil, terencana, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian skor.
4. Mendidik

Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi, memperbaiki proses pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas belajar dan membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara optimal.

E. Rambu-Rambu Penilaian Kelas

Dalam melaksanakan penilaian, guru sebaiknya:

1. Memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu.

2. Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai cermin diri.
3. Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran untuk menyediakan Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik.
4. Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam pengamatan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik.
5. Kegiatan belajar peserta didik.
6. Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian kelas dapat dilakukan dengan cara penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
7. Mendidik dan meningkatkan mutu proses pembelajaran seefektif mungkin.



F. Ranah Penilaian Kelas

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan penjabaran dari stándar isi dan stándar kompetensi lulusan. Di dalamnya memuat kompetensi secara utuh yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai karakteristik masing-masing mata pelajaran.
Muatan dari stándar isi pendidikan adalah stándar kompetensi dan kompetensi dasar. Satu stándar kompetensi terdiri dari beberapa kompetensi dasar, dan setiap kompetensi dasar dijabarkan ke dalam indikator-indikator pencapaian hasil belajar yang dirumuskan atau dikembangkan oleh guru dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sekolah/daerah masing-masing. Indikator- indikator yang dikembangkan tersebut merupakan acuan yang digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi dasar bersangkutan.
Teknik penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik indikator, standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diajarkan oleh guru. Tidak menutup kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa teknik penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, psikomotor, dan afektif.


BAB III

TEKNIK –TEKNIK PENILAIAN



Upaya mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik dapat dilakukan beragam teknik, baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator- indikator pencapaian hasil relajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Dalam pembahasan kelompok ini kami hanya membahas penilaian proyek dan penilaian produk

A. Penilaian Proyek

1. Pengertian

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
a. Kemampuan pengelolaan

Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
b.Relevansi

Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
c. Keaslian

Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.

2. Teknik Penilaian Proyek

Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.

B. Penilaian Produk

1. Pengertian

Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
A. Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
B. Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
C. Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.





















2. Teknik Penilaian Produk

Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.

a. Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
b. Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
BAB IV

LANGKAH-LANGKAH PENILAIAN



A. Penetapan Indikator Pencapaian Hasil Belajar

Indikator merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar.Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur, seperti: mengidentifikasi, menghitung, membedakan, menyimpulkan, menceritakan kembali, mempraktekkan, mendemonstrasikan, dan mendeskripsikan.
Indikator pencapaian hasil belajar dikembangkan oleh guru dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan setiap peserta didik. Setiap kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi dua atau lebih indikator pencapaian hasil belajar, hal ini sesuai dengan keluasan dan kedalaman kompetensi dasar tersebut. Indikator-indikator pencapaia hasil belajar dari setiap kompetensi dasar merupakan acuan yang digunakan untuk melakukan penilaian.

B. Pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan Teknik

Penilaian

Pemetaan standar kompetensi dilakukan untuk memudahkan guru dalam menentukan teknik penilaian. Dalam memilih teknik penilaian mempertimbangkan ciri indikator. Apabila tuntutan indikator melakukan sesuatu, maka teknik penilaiannya adalah unjuk kerja (performance), tetapi apabila tuntutan indikator berkaitan dengan pemahaman konsep, maka teknik penilaian yang tepat adalah tertulis. Menyusun spesifikasi penyusunan butir penilaian.

C. Pengolahan Hasil Penilaian
1. Data Penilaian Proyek

Data penilaian proyek meliputi skor yang diperoleh dari tahap-tahap: perencanaan/persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data/laporan. Dalam menilai setiap tahap, guru dapat menggunakan skor yang terentang dari 1 sampai 4. Skor 1 merupakan skor terendah dan skor 4 adalah skor tertinggi untuk setiap tahap.

2. Data Penilaian Produk

Data penilaian produk diperoleh dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pembuatan (produk), dan tahap penilaian (appraisal). Informasi tentang data penilaian produk diperoleh dengan menggunakan cara holistik atau cara analitik. Dengan cara holistik, guru menilai hasil produk peserta didik berdasarkan kesan keseluruhan produk dengan menggunakan kriteria keindahan dan kegunaan produk tersebut pada skala skor 0 – 10 atau 1 – 100. Cara penilaian analitik, guru menilai hasil produk berdasarkan tahap proses pengembangan, yaitu mulai dari tahap persiapan, tahap pembuatan, dan tahap penilaian.

D. Interpretasi Hasil Penilaian dalam Menetapkan Ketuntasan Belajar

Penilaian dilakukan untuk menentukan apakah peserta didik telah berhasil menguasai suatu kompetensi mengacu ke indikator. Penilaian dilakukan pada waktu pembelajaran atau setelah pembelajaran berlangsung. Sebuah indikator dapat dijaring dengan beberapa soal/tugas.
Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) ditetapkan antara 0% – 100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator lebih besar dari 60%. Namun sekolah dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator, apakah 50%, 60% atau 70%. Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti tingkat kemampuan akademis peserta didik, kompleksitas indikator dan daya dukung guru serta ketersediaan sarana dan prasarana. Namun, kualitas sekolah akan dinilai oleh pihak luar secara berkala, misalnya melalui ujian nasional. Hasil penilaian ini akan menunjukkan peringkat suatu sekolah dibandingkan dengan sekolah lain (benchmarking). Melalui pemeringkatan ini diharapkan sekolah terpacu untuk meningkatkan kualitasnya, dalam hal ini meningkatkan kriteria pencapaian indikator semakin mendekati 100%.
Apabila nilai peserta didik untuk indikator pencapaian sama atau lebih besar dari kriteria ketuntasan, dapat dikatakan bahwa peserta didik itu telah menuntaskan indikator itu. Apabila semua indikator telah tuntas, dapat dikatakan peserta didik telah menguasai KD bersangkutan.Dengan demikian,peserta didik dapat diinterpretasikan telah menguasai SK dan mata pelajaran. Apabila jumlah indikator dari suatu KD yang telah tuntas lebih dari 50%, peserta didik dapat mempelajari KD berikutnya dengan mengikuti remedial untuk indikator yang belum tuntas. Sebaliknya, apabila nilai indikator dari suatu KD lebih kecil dari kriteria ketuntasan, dapat dikatakan peserta didik itu belum menuntaskan indikator itu. Apabila jumlah indikator dari suatu KD yang belum tuntas sama atau lebih dari 50%, peserta didik belum dapat mempelajari KD berikutnya.

BAB V
KESIMPULAN
Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran. Upaya mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik dapat dilakukan beragam teknik, baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk.
Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu: Tahap persiapan, Tahap pembuatan produk (proses), dan Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.





DAFTAR PUSTAKA

Forster, Margaret, dan Masters, G. (1996). Portfolios Assessment Resource Kit.
Camberwell, Melborne: The Australian Council for Educational Research Ltd.

Forster, Margaret, dan Masters, G. (1996). Project Assessment Resource Kit.
Camberwell, Melborne: The Australian Council for Educational Research Ltd.

Forster, Margaret, dan Masters, G. (1998). Product Assessment Resource Kit.
Camberwell, Melborne: The Australian Council for Educational Research Ltd.

Forster, Margaret, dan Masters, G. (1996). Performance Assessment Resource Kit.
Camberwell, Melborne: The Australian Council for Educational Research Ltd.

Forster, Margaret, dan Masters, G. (1999). Paper amd Pen Assessment Resource Kit.
Camberwell, Melborne: The Australian Council for Educational Research Ltd.

Gronlund, E. Norman. (1982). Constructing Achievement Tests. London: Prentice Hall. Helm, Judy Harris, dan Gronlund, Gaye (1999). Linking assessment and Teaching in the
Crucial Early Years. Classroom Leadership. Volume 2, Number 6, 1999.

http://www.ascd.org/readingroom/classlead/9903/1mar99.html.

Linn, R.L., dan Gronlund, N.E. (1995). Measurement and Assessment in Teaching. New
Jersey: Prentice Hall.
Mardapi, Djemari (2001). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar: Assessmen Alternatif.
Makalah, tidak diterbitkan.

Medley, Donald M., Coker, Homer, dan Soar, Robert S. (1984). Measurement-Based
Evaluation of TeacherPerformance. New York: Longman Inc.

0 komentar:

Posting Komentar